♥ Goresan Tinta Pink ♥

Just Blogger Templates

Kamis, 07 Juni 2012

Sassy Girl


                Aku mencintainya tapi cintaku berrtepuk sebelah tangan. Gadis itu bernama sassy, sesuai namanya dia gadis yang centil dan manja yang dapat merebut hatiku. Entah sejak kapan wajah cantik dengan senyum merekah yang selalu dia tebarkan mengganggu tidurku. Dengan mudahnya dia merusak saraf di otak ku hingga apapun yang aku fikirkan hanya tentang dia. Mungkin aku juga harus kedokter mata karna setiap pandanganku hanya terlihat wajahnya. Tapi yang lebih menyiksaku adalah sakit yang kurasakan pada ruang hatiku. Entah belati setajam apa yang menusuknya. Hingga dadakupun tersa sesak dan sulit bernafas.. apa dia ingin membunuhku secara perlahan.
                Sudah setahun aku merasakan perasaan aneh ini hingga nafsu makanku berkurang walaupun cacing diperutku meronta meminta jatah yang biasanya mereka terima. Tapi apa yang bisa aku perbuat hanya sebuah senyum kecil dari bibirnya yang dapat membuatku kembali bersemangat, syangnya senyum itu dia tebarkan pada semua orang, semua teman-temannya begitu juga aku yang hanya menyimpan isi hatiku dan memilih menjadi temannya.
                Sasay adalah gadis paling cantik disekolahku, tak heran banyak yang mengincarnya, laki-laki tampan dengan harta melimpah yang pantas mendampinginya bukan aku yang berwajah pas-pasan. Sakit memang menyadari kenyataan ini. Menyadari gadis paling berarti dalam hidupku tapi tak pantas aku miliki. Tapi aku suka pada kesempatan yang aku miliki. Kesempatan memandang wajah merona saat dia asyik mendenga guru berceramah atau[un saat dia sedang mencatat barisan kata yang tidak tertata rapi dipapan putih dideepan kelas. Dia tidak pernah menyadari aku yang slalu memandanginya. Mungkin bukan hanya aku yang diam-diam mengaguminya.
                Dia membawa kebahagian saat dia berjalan dengan anggunnya, menebarkan senyum khasnya, dengan geraian rambut yang bergerak lincah mengiringi langkahnya. Dia mengampiriku mengembalikan buku catatan yang dia pinjam, dia bicara dengan suara lembut yang menggetarkan gendang telinga, dia menatapku dengan mata indah berwarna kecoklatan terasa begitu damai rasanya. Tapi itu hanya sementara, percakapan teman sekelas yang membuatku sangat bahagia, aku tau bagi Sassy ini hal yang biasa tapi bagiku luar biasa.
                Sassy adalah sumber kebahagiaanku, mungkin juga kebahagiaan banyak lelaki lainnya yang mendambakannya, walaupun baginya biasa saja. Dia menganggap semua sama hanya teman biasa. Sakit memnag tapi aku bahagia bisa terus melihatnya. Sampai pada akhirnya waktu itu tiba, entah ada angin apa Sassy pindah entah kemana. Semua menjadi hampa, taka da lagi bahagia, hanya penyesalan atas kebodohanku tak pernah jujur padanya, setidaknya ditolak lebih baik dari pada menyimpan rasa ini dan meyesakkan dada. Sakit ini tak pernah ada habisnya. Satu kebahagian yang masih tersisa saat aku mengenalnya, Sassy.

0 komentar:

Posting Komentar