Aku ingin seperti camar yang dapat menari bebas menembus cakrawala, hinggap disetiap pohon yang berkicau teriakan kebahagian, sebenarnya aku lelah dihidup dalam belenggu bayang-bayang papa. Aku benar-benar sangat kecil jika dibanding kekuasaan papa. Sering terbesit keinginan untuk kabur lagi, iya lagi, karna ku sudah pernah melakukannya. Tapi dalam sekejap anak buah papa menemukanku, dan aku dikurung dengan tumpukan buku hukum milik papa. Mungkin rasanya lebih penat daripada didalam penjara.
Aku memang bangga pada papa yang tak pernah mau membela orang yang salah tapi mengapa papa membiarkan dirinya menjadi peran yang salah dalam keluarga. Salahkah jika putrinya memilih jalan hidupnya sendiri. Papa tidak pernah suka pada derita orang yang tak bersalah tapi mengapa papa malah menjebloskan putrinya pada jurang kesakitan batin yang luar biasa? Apakah menurut papa aku salah hingga papa ingin menyeretku pada sebuah hukuman seumur hidup pada jabatan yang tak aku inginkan.
Kadang juga aku berfikir taka ada orang tua yang ingin anaknya hidup menderita tapi menurutku setiap hari berkutat dengan pasal dan undang-undang adalah siksa. Mungkin memang papa ingin aku sukses nantinya setelah menyandang gelar Sarjana Hukum tapi apa itu akan benar-benar bermanfaat untuk hidupku kelak? Aku tak pernah tau yang aku tau pesta air mata tak pernah berhenti hiasi wajahku.


0 komentar:
Posting Komentar